Monday, August 31, 2009

ETIKA PERLU DIKEDEPANKAN

elRos Ms.

Etika selalu membingkai manusia, prilaku manusia menjadi sentral garapannya, lantaran itu manusia tidak bisa mengelaknya, etika pun terus menyertai disetiap lini kehidupan. Salah satu misal dalam dunia sosial politik. Dunia politik, dunia yang penuh seni, warna warni dan lika liku, itulah yang menjadi salah satu daya tarik setiap manusia ingin mengalami dan atau ikut bermain di dalamnya, baik dalam dunia wacana atau dunia politik praktis. Manusia pada hakikatnya memiliki fitrah politik, begitu tutur Lalu Lanang. Hal itu terlihat manusia yang hidup di atas bumi tak akan lepas kakinya dengan benang merah kekuasaan dan atau negara. Fitrah politik adalah baik, bukan suatu yang buruk, tabularasa meminjam istilah John Lock seorang tokoh empirisme, sehingga kehidupan politik akan tergantung manusianya, siapa yang menorehkan tintanya, selain kacamata yang dipakai seorang atau sekelompok orang dalam memandangnya. Politik akan menjadi merah, hijau, biru hitam dan atau warna yang lain bila tangan dan tinta yang digoreskan seperti warna yang ada, begitu juga kacamata yang dipakainya, lanjut Lalu Lanang.

Manusia yang memiliki fitrah politik itu akan menyintai dan menjaga negeri yang membesarkannya untuk selalu berdiri tegak di atas bumi. Hal itu bukan suatu keanehan, karena tiap manusia memiliki hak yang sama untuk itu begitu juga untuk mengemukakan pendapat, berkumpul dan berserikat dalam bingkai negeri yang membesarkannya. Dengan kata lain setiap orang memiliki kesempatan yang sama, tidak ada diskriminasi dalam kehidupan sebuah negara untuk berjuang dan berlomba meraih / menduduki kursi nomor satu dalam negerinya, kursi pimpinan lembaga negara, kursi menteri dan atau kursi Dewan dalam rangka mampertahankan kedaulatan negerinya. Asal perlu diingat dalam niai dan cara meraihnva tidak boleh menempuh jalan pintas tanpa mengindahkan rambu-rambu etika, tidak boleh menafikan etika politik atau menghalahalkan segala cara sebagaimana pemikiran Machiavelli. Tapi harus berpegang dan mengedepankan etika politik, begitulah lantunan Cut Alifia seorang dara cantik yang sedang meniti karier di dunia politik.

Machiavelli menggeliat bangun dan tertawa bangga dari kubumya lantaran pemikirannya yang "menghalalkan segala cara" dalam mencapai tujuan yang diinginkan, dewasa ini banyak yang sepaham, dan menjadi pijakan para politisi dalam meng-gol-kan ambisinya. Hal itu dapat dilihat banyaknya pemerkosaan, penculikan, dan pembunuhan hanya karena untuk mencapai keinginannya, begitulah kata Eza di sudut gang Damai, gang yang menjadi tongkrongan anak muda yang menyintai dan bermain catur politik.

Jeng Lela ikut menimpali, tampaknya sudah membudaya saling sikut, jatuh menjatuhkan dalam berebut kue poiitik dan duduk dikursi empuk. Kue politik sendiri pada dasarnya semua orang memiliki hak menikmatinya dan atau bermain. Membahas politik bukan hanya mereka yang duduk di kursi Dewan, elit politik, pakar politik. dan mahasiswa saja, melainkan kaum awam - maaf- apa itu yang namanya sais dokar, abang becak, sopir taksi, sopir bus, tukang kebun, penjual jamu gcndong dan tukang bakso pun tidak dilarang alias boleh untuk membahas, bermain catur politik, apa dalam arti wacana maupun politik praktis; dengan kata lain menjadi hak sesama warga untuk dapat menikmati tumpeng dan atau kue politik dengan mengacu pada etika politik di bumi Merah Putih.

Mengasikkan mcmang membahas dunia politik yang penuh intrik dan trik, apalagi di jaman keterbukaan rasanya tak terlintas rasa takut masuk jeruji besi / hotel prodeo yang dulu menjadi momok. Tapi walau di jaman keterbukaan, setiap orang perlu rasional dan bertanggung jawab dalam memilih dan memilah mana kue politik yang bisa disajikan untuk umum, kelompoknya dan atau hanya untuk dirinya sendiri. B H dan Celana Dalam misalnya, tak layak untuk disajikan dan dipamerkan di alun2 kehidupan yang dipadati halayak umum; sebaliknya lukisan2 yang penuh nilai2 moral kemanusian dan keilahian sangat perlu untuk disajikan di tengah lapang, ditaburkan di sudut-sudut kota dan desa agar dapat menjadi pelita hidup ditengah ke-plural-an, dan dapat mengubah lorong gelap menjadi lorong terang, serta meraih alam pencerahan.

Tak perlu heran bila ada seorang atau sckelompok orang yang tak peduli akan etika dalam menyajikan dan memamerkan sesuatu, yang pada dasarya sesuatu itu tidak pantas untuk disajikan terhadap halayak umum. Hal itu terjadi mungkin lantaran mereka dihiasi rasa sentimen, kebencian dan ingin memuaskan hatinya walau pada dasamya menjebak dan mcnohok dtrinya sendiri atau kelompoknya, hal itu yang pcrlu disayangkan. Dalam bermain sesuatu harus tahu benar aturan mainnya, dan tidak boleh hantam kromo begitulah lanjut Jeng Lela.

Tidak jarang dalam bemain catur politik si pemain cepat berubah pikiran dan sikapnya serta tindakannya secepat elang menyambar mangsanya; pagi menjadi kawan siang menjadi lawan, sore mcnyadi lawan malam menjadi kawan, malam keras pagi lunak, pagi keras malam lunak dan sejenisnva. Itulah sebuah seni dan pergulatan politik yang menarik dalam dunia politik. Yang penting dalam bermain sesuatu tidak boleh lepas dari etika permainan yang akan merugikan bahkan mengalirkan darah berceceran di tengah jalan, celetuk Gus Sar di samping Jeng, Lanang dan teman2nya yang lagi ikut bingung memikirkan perkembangan politik dewasa ini yang cacah rucah, carut marut dan tak ada kepastian.

Musyawarah untuk mufakat merupakan salah satu etika politik yang dapat dipegang dalam bermain politik di bumi Merah Putih. Namun politik dagang sapi, Eza menyebutnya politik kapitalisme mcrupakan sebuah etika yang tidak perlu dilestarikan bahkan menjadi tradisi karena hanya sebuah kompromi politik untuk kepentingan sesaat bagi perorangan atau kelompoknya yang ingin terus menikmati kelezatan kue politik dengan duduk di atas kepala derita rakyat, tangis rakyat; bukan untuk kcpentingan bangsa dan negara yang seharusnya ditempatkan berada di atasnya. Kompromi politik sendiri sah-sah saja adanya, tapi ccnderung untuk jatuh pada lubang yang sama. padahal hal itu tidak diinginkan semua orang, apalagi bila kepentingan bangsa dan negara diabaikan dan hanya mementingkan dirinya atau kelompoknya. Dunia akan menangis tercabik-cabik dan hancur berkeping-keping. Kita harus mengedapankan etika dalam meniti kehidupan agar mulus perjalanannya dan terhindar dari hal2 yang tidak diinginkan. Sang Utusan Muhammad Rosulullah bersabda: "Aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak". Menyempurnakan sebuah kata kerja yang berarti terus menerus berproses - menuju kesempurnaan - yang tidak mudah untuk diraih manusia. Namun tidak berarti tidak bisa diraih, perlu usaha ekstra untuk meraihnya; dan akhlak ini pun dalam arti multi dimensional, untuk segala titik dan garis kehidupan manusia, baik vertikal maupun horisontal. Untuk itulah manusia harus mengedepankan etika (akhlak) dalam segala lini kehidupan. Mereka yang menafikan etika maka tinggal mcnghitung hari dan akan jatuh di lubang gelap, kiranya Tuhan pun bosan menilai hambanya yang silau pada kehidupan duniawi semata, dan meninggalkan nilai2 kemanusiaan dan keilaliian, begitu kata Eza mengakhiri perbincangan dengan sobat2nya.

Selengkapnya...

Monday, August 3, 2009

UNTUK INDONESIAKU

Iing Fao

ANTARA ADA DAN TIADA


kemerdekaan sebuah kata
tlah lama melegenda
di tengah lautan jiwa
seusia manusia berada

wajahnya menjadi idola
stiap insan berjiwa
slalu meraba-raba
kapan kan menjelma

rembulan tersenyum iba
tatap tengadah jiwa-jiwa
keluh kesah menunggu lama
wajahnya menjelma
antara ada dan tiada.

1 Agustus 2009


MAAF


Maaf Gusti Pangeran
aku belum bisa khusuk sembahyang

Isro mi'roj 2009
Selengkapnya...