Saturday, January 30, 2010

TUHAN SUDAH MATI?


RosiChin M.

Rerumputan hijau menghampar di tengah lapang, jalan setapak bebatuan alami melintasinya menuju tempat duduk berpayung kain. Terlihat beberapa mahasiswa menempatinya. Eza mengawali dialog dengan lontaran proposisi, para agamawan pastinya takkan mengatakan: 'Tuhan sudah mati', bahkan takkan sedikit pun terbesit dalam pikiran dan atau hatinya, melainkan selalu berpandangan 'Tuhan tetap hidup, Tuhan takkan mati' manusia pun harus sujud pada-Nya. Sadewa menyahut, Nietzsche punya pikiran beda, ia berpandangan: 'Tuhan sudah mati'. Lantas Ayu pun menimpali, lantaran Tuhan sudah mati, manusia bebas berkreasi dan bisa menjadi Overman, bayang-bayang Tuhan di atas manusia menghilang bersama awan, dunia pun berada dalam genggaman tangannya. Manusia bebas menggulung dan menggelar dunia serta menjungkirbalikkan realita sambil tertawa.

Lala menambahkan Agama bagai bunga yang layu menguning, semerbak harumnya hilang tersapu angin di tengah padang kehidupan, Titah Tuhan pun tertelan bumi. Sementara Den Ros hanya tersenyum, menjadi pendengar setia atas dialog teman-temannya yang penuh makna, dan berguman dalan hati: manusialah yang mencipta tuhan, menghidupkan dan mematikannya. Sementara Lela yang suka bicara tak terlihat batang hidungnya entah di mana, mungkin sedang berjalan menyusuri lorong sosial yang dipenuhi jiwa-jiwa, dan hiasan warna warni lampu kehidupan. Sore mulai datang Eza dan teman-teman berkemas meninggalkan tempat dengan membawa sebongkah makna kehidupan.

Tiba-tiba Lela yang cantik tampak berlari sambil berpesan 'jangan pulang dulu'. Kawan-kawannya pun urung meninggalkan taman. Tanpa basa basi Lela bicara kapitalisme yang lepas dari konteks dialog Eza dan kawan-kawan. Kapitalisme melanda di mana-mana hingga di relung sukma, bahkan menjadi ideologinya. Kini langkah kaki insan dalam kehidupan dinilai dengan uang, seloroh Sadewa. Lala, Den Ros dan Eza tampaknya mengiyakan pandangan dua teman di atas. Kapital (Uang) menjadi segalanya dalam hidup dan kehidupan, bahkan nirwana pun bisa diraih dengan uang. Tak lama kemudian berlima meninggalkan taman dengan bergandeng tangan usai menikmati jajan yang disodorkan Lela. Rona pun tiba bersama mega-mega menemani kepulangannya.



Selengkapnya...