Monday, May 24, 2010

YANG SAKRAL DAN YANG PROFAN

RosiChin M.

Kehidupan masyarakat dipenuhi warna warni kepentingan, ambisi dan kebutuhan, serta dihiasi tesis-tesis, premis-premis, teks-teks dan simbol-simbol yang bergelantungan menarik per-hati-an. Salah satu teks atau tesis yang menarik yakni 'Yang Sakral dan Yang Profan'. Mircea Eliade mengatakan Yang Profan: bidang kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara teratur, acak, mudah dilupakan dan tidak terlalu penting. Yang Profan, tempat manusia berbuat salah dan selalu mengalami perubahan. Sedang Yang Sakral: yang supranatural, tidak mudah dilupakan dan amat penting. Yang Sakral, tempat segala kesempurnaan, tempat diamnya roh leluhur, kesatria dan dewa-dewi. Ia menambahkan, saat seseorang mengalami perjumpaan dengan Yang Sakral dia, merasakan menyentuh sesuatu yang nir duniawi, sesuatu realitas yang abadi tiada bandingannya. Dalam masyarakat sekuler yang hidup dalam peradaban modern, perjumpaan dengan Yang Sakral merupakan sesuatu yang menejutkan, berada dalam bawah sadar atau suatu mimpi-mimpi nostalgia, hanya suatu hasil imajinasi. Menurutnya pula Agama terpusat pada dan dari Yang Sakral. Hakikatnya Yang Sakral berdeda dengan Yang Profan.

Emile Durkheim dalam mengusung Yang sakral dan Yang Profan, pemikirannya selalu dalam konteks masyarakat dan kebutuhannya. Durkheim mengatakan: Yang Sakral: masalah sosial yang berkait dengan individu. Yang Profan: segala sesuatu yang hanya berkait dengan unsur-unsur individu. Sementara Rudolf Otto mengatakan bahwa Yang Sakral sesuatu yang mysterium, yang secara bersamaan sangat agung dan menakutkan. Yang Sakral sesuatu yang luar biasa, substansial, agung dan amat nyata. Ia menambahkan, waktu seorang mengalami perjumpaan dengan Yang Sakral dia akan merasakan dirinya bagaikan tidak ada, hanya sekedar kabut dan debu.

Kini perbedaan Yang Sakral dan Yang Profan amat tipis setipis plastik transparan. Kita bisa melihat salah satu contoh nyata waktu hari raya. Hari itu merupakan saat yang penting bagi yang merayakannya sebagai individu untuk hadir menghadap Yang Supernatural (Tuhan), usai sembahyang, waktu itu pun mengusung apa yang berkait dengan individu dalam konteks masyarakat dan kebutuhan hidup dan kehidupannya, seperti bicara bisnis dana atau pekerjaan . Contoh lain, sebongkah batu biasa, batu yang natural, Yang Profan ketika disentuh Supernatural, batu itu pun berubah menjadi batu suci yang menakjubkan yang di dalamnya terkandung Yang Sakral. Waktu terus berjalan seiring berjalannya sang mentari, kini Wanita itu sesuatu Yang Profan dan Pria sesuatu Yang Sakral atau sesuatu sebaliknya?

Selengkapnya...