Friday, December 25, 2009

HEGEMONI KAPITALISME

RosiChin M.

Wajah kapitalisme bukan saja tampak di sudut-sudut kota, di sudut-sudut desa, di sudut-sudut kampus, di sudut-sudut permainan, sampai di sudut-sudut meja pun telah tampak. Wajah itu bertopeng industrialisasi yang terus mendesak wajah pertanian tradisional sehingga wajahnya mengecil dan napasnya terengah-engah tak bisa melawannya. Dominasi kapitalisme di ranah ekonomi terus bergolak, kadang tak lagi mengenal belas kasih, seringkali yang berkapital besar menusuk jantung yang berkapital kecil dan tak sedikit yang terkapar. Namun di lorong budaya, wajah dominasi kapitalisme yang bengis menindas berubah wajah bertopeng manis, demokratis dan tak terasa memaksa atas kehadirannya, itulah wajah hegemoni. Hegemoni yang diusung Gramsci terus melanda di tengah lapang kehidupan, dominasi pun menyingkir pelan. Kapital menjadi roh hegemoni yang menggerakkan aneka ragam relasi-relasi di tengah lapang kehidupan. Kapital di sini bukan saja harta, melainkan bisa tahta, wanita (kecantikan), kharisma, ilmu, adat istiadat, dan seambrek bendera ranah yang berkibar di alun-alun kehidupan.

Upacara keagamaan, upacara adat, upacara perkawinan, upacara melarung, seremoni sunatan dan seremoni lain sejenis sebagai amsal yang menjadi badan atau wadah roh hegemoni. Kehadirannya disambut gembira tiada memaksa, dan seremoni berjalan lancar tak tampak hadirnya hegemoni lantaran lebih melihat kehadiran wajah ideologi yang lebih utama dan menyemangatinya. Kehidupan manusia terasa sulit membuang warna warni dan kerlap kerlip kapital sebagai roh hegemoni, dan menyambutnya dengan senyum manis.



No comments:

Post a Comment